This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Sabtu, 19 Januari 2013

Red-Lipped Batfish


   Para batfish berbibir merah (Ogcocephalus darwini) adalah ikan cari tidak biasa ditemukan di Kepulauan Galapagos di kedalaman sekitar 30m atau bahkan lebih dalam. Merah berbibir batfish berkaitan erat dengan kemerahan berbibir batfish ( porrectus Ogcocephalus ), yang ditemukan dekat Cocos Island di lepas pantai Kosta Rika . Kedua spesies ikan terlihat dan berperilaku sangat mirip satu sama lain. Ikan ini terutama dikenal untuk bibir merah terang.

     Batfish tidak perenang yang baik, mereka menggunakan sirip dada mereka untuk "berjalan" di dasar laut. Ketika batfish mencapai masa dewasa, sirip punggung yang menjadi proyeksi tulang belakang-seperti tunggal yang memikat mangsa. Serupa dengan anglerfish yang Batfish Merah berbibir memiliki struktur di atas kepala yang dikenal sebagai Illicium. Struktur ini digunakan untuk menarik mangsa.
Spesies ini karnivora dan rakus, terutama makan pada ikan kecil lainnya dan krustasea kecil seperti udang dan moluska 
Para Batfish Merah berbibir tidak memiliki ancaman dikenal dan untuk saat ini tidak terancam dalam setiap jenis cara.


Jumat, 18 Januari 2013

Axolotl, Ikan Unik Berkaki dari Mexico


      Axolotl (Ambystoma mexicanum) adalah tipe salamander yang bisa menghabiskan masa hidupnya dalam bentuk larva. Binatang eksotis nan unik ini kadang disebut juga sebagai “Mexican Walking Fish” sebab ia terlihat seperti ikan yang memiliki tangan dan kaki. Akan tetapi, sebenarnya Axolotl bukanlah sejenis ikan, melainkan sejenis salamander langka yang terdapat di Mexico City. Panjang Axolotl bisa mencapai 30 cm, tetapi rata-rata ukurannya hanya 15 cm. Warna tubuh mereka rata-rata hitam atau coklat kepirangan dan banyak juga yang albino dengan warna yang lucu misalnya merah muda. Hewan ini memiliki insang yang berada diluar tubuhnya. Insang ini tampak berada disamping kepalanya sehingga sepintas tampak seperti tanduk. Orang-orang Timur sering menimbulkan fantasi yang dikaitkan pada suatu legenda mengenai ular naga sehingga tidak jarang mereka disebut juga sebagai ikan naga. 
       Axolotl termasuk kadal yang memiliki umur panjang, Axolotl dapat hidup hingga 10 - 15 tahun dan dapat berkembang sampai 60cm, bahkan pernah tertangkap 1 ekor Axolotl raksasa di pedalaman mexico yang berukuran hingga 1,4 meter, penemuan itu benar-benar mengejutkan, tetapi setelah di teliti oleh pihak ahli itu hanyalah keadaan abnormal yang jarang terjadi (gigantisme)
        Axolotl selalu hidup dalam air dan suka memakan ikan kecil, cacing, dan larva. Hewan ini terkadang muncul di permukaan air, tetapi ada juga yang menjelang dewasa dan bertambah besar tidak pernah timbul di permukaan air dan hanya tinggal di dasar danau selama hidupnya. Salamander jenis ini adalah salamander yang digolongkan di dalam Salamander jenis berbahaya, karena dapat menyemburkan racun asin dari mulutnya, namun jika kelenjarnya di buang dengan benar maka hewan ini dapat di jadikan peliharaan yang lucu.
        Nama Axolotl di ambil dari bahasa Aztec yang berarti anjing air. Axolotl masih bersepupu dekat dengan tiger salamander. Uniknya, hewan ini bermetamorfosis hanya bila dalam keadaan terpaksa, terpaksa dalam hal ini adalah jika tempat mereka hidup sumber airnya mengering, maka Axolotl dapat bermetarmorfosis ke bentuk darat dan jika sudah ada air kembali maka Axolotl dapat kembali ke wujud air. Bentuk darat dari axolotl mirip dengan bentuk larvanya, dengan perbedaan insang yang menghilang, ekor yang lebih kompres dan mata yang nampak menonjol. Kehadiran hormon tertenu diketahui dapat memicu axolotl bermetamrofosis kedalam bentuk reptil darat. Selain itu penambahan sejumlah kecil iodine kedalam air juga bisa memicu hal yang sama.
        Dia dapat menumbuhkan kembali anggota tubuh, taring, kulit, organ, dan bagian dari otak serta tulang belakangnya yang terluka. Beberapa binatang lain mempunyai kemampuan untuk bergenerasi, tetapi hanya salamander Meksiko yang dapat menumbuhkan kembali begitu banyak bagian tubuh yang berbeda di sepanjang hidup mereka.
         Axolotl dapat ditemukan di Danau Xochimilco and Danau Chalco di Meksiko. Belakangan, populasi mereka terancam akibat pembangunan yg dilakukan pada danau itu untuk mencegah banjir musiman, sehingga jumlah air di danau menyusut & habitatnya terganggu. Masuknya ikan2 dari daerah lain yg diperkenalkan manusia jg menyebabkan populasinya menyusut. Jumlah axolotl di alam tidak diketahui. Namun jumlah populasi diperkirakan menurun dari sekitar 1.500 per mil persegi pada 1998 menjadi hanya 25 per mil persegi tahun ini, berdasarkan penelitian ilmuwan Zambrano menggunakan perangkat jala. Usaha panjang International Union for Conservation of Nature memasukkan axolotl dalam Red List tahunannya sebagai yang terancam punah. Mereka mengatakan binatang ini bisa hilang dalam lima tahun.


Fahaka pufferfish (Tetraodon lineatus), Puffer Galak Menawan dari Sungai Nil


         Fahaka Pufferfish (Tetraodon lineatus) juga dikenal dengan Globe fish, Striped puffer, Nile puffer dan Band puffer. Fahaka puffer merupakan ikan air tawar yang ditemukan di sungai Nil dan beberapa sungai lain di Afrika. Ikan ini merupakan ikan puffer yang cantik dengan warna perut hijau dan kuning terang. Tubuhnya mempunyai motif garis – garis kuning yang memanjang sampai bawah tubuh, sedangkan tubuh atas berwarna hijau kemerahan. Fahaka pufferfish dewasa mempunyai ukuran tubuh yang cukup besar yakni sekitar 43 cm. Di alam bebas, Fahaka puffer merupakan molluskavora namun cenderung karnivora. Ikan ini dapat diberi makanan keong, kerang – kerangan (remis) dan semua makanan ini digunakan untuk merawat gigi tajamnya.
        Fahaka puffer merupakan ikan yang sangat agresif dan dapat menyebabkan kematian ikan lain yang dirawat satu tangki dengannya. Perawatan di aquarium disarankan untuk dirawat sendiri atau dengan ikan yang dapat bergerak cepat sehingga ikan tidak bisa ditangkap dengan Fahaka pufferfish. Kondisi air yang cocok ialah suhu 24 – 260C dan pH 6,5 – 7,5. Pembedaan jenis kelamin sulit untuk dilakukan namun pada kondisi siap bertelur betina akan nampak lebih bulat. Fahaka puffer susah untuk di breeding secara aquarium dikarenakan sifatnya yang sangat agresif, namun laporan kesuksesan breeding pernah ada. Ikan mencapai kedewasaan seksual setelah usia 12 bulan. Ikan dibreeding dalam tangki terpisah dalam jumlah kelompok yang kecil. Ikatan antara jantan dan betina sangat lemah dan hanya terjadi saat proses bertelur. Pasangan akan berenang bersama dalam waktu yang singkat sebelum jantan membalikkan badannya dan menempelkannya ke sisi bawah betina. Pada proses ini, telur dan sperma dikeluarkan dan pasangan akan mengulanginya beberapa kali. Telur yang dihasilkan dapat mencapai ribuan buah. Pisahkan induk segera dari telurnya, dan telur tersebut akan menetas setelah 72 – 96 jam. Anak ikan yang baru menetas akan berenang di sisi bawah tangki, sehingga perlu dijaga ketinggian air dalam tangki hanya beberapa inci sehinga ikan dapat meraih permukaan. Anak ikan dapat diberi makanan seperti infusoria sampai beberapa hari sampai siap memakan maknan kecil seperti Brine shrimpe.  

Taksonomi
Kingdom    :  Animalia
Phylum      :  Chordata
Class         :  Actinopterygii 
Order         :  Tetraodontiformes 
Family        : Tetraodontidae 
Genus        :  Tetraodon 
Species      :  Tetraodon lineatus

American Paddlefish (Polyodon spathula, Ikan Berhidung Panjang dari Mississippi)


            American Paddlefish (Polyodon spatula) atau yang dikenal juga dengan Mississippi Paddlefish atau Spoonbill merupakan spesies sturgeon yang berusia lebih tua dibanding dinosaurus, dengan fosil tertua ditemukan berusia 300 juta tahun yang lalu. Paddlefish ini berhabitat asli di sungai Mississippi, Amerika Utara yang berarus tenang. Paddlefish termasuk salah satu dari ikan air tawar raksasa yang masih ada sampai saat ini namun kondisi di habitat aslinya sangat mengkhawatirkan. Mereka dapat mempunyai panjang tubuh 7 kaki (220 cm) dengan berat 100 Kg (220 pounds). Ciri khas ikan ini adalah keberadaan moncong hidungnya yang panjang menyerupai dayung (paddle) yang panjangnya sekitar sepertiga panjang total tubuhnya. Moncong ini dikenal dengan rostrum.

        American paddlefish menggunakan rostrumnya untuk mendeteksi mangsa karena pada rostrum terdapat elektroreceptor yang sensitif dan juga digunakan dalam sistem navigasi untuk bermigrasi. Selain itu, rostrum juga untuk menggali makanan atau mencabutnya dari rerumputan tanaman. Mangsa utama ikan ini adalah zooplankton, namun terkadang mereka juga memangsa crustacea dan bivalvia. Suatu penelitian menyebutkan bahwa elektroreceptor pada rostrum paddlefish dapat mengeluarkan medan listrik lemah sehinga dapat menentukan lokasi mangsanya. Disamping mempunyai moncong panjang, American paddlefish juga mempunyai mulut yang cukup lebar tanpa adanya gigi. Cara makan ikan ini adalah dengan membuka mulutnya lebar-lebar saat berenang sehingga akan meraup semua zooplankton dan beberapa material tanaman mini secara tak pandang bulu. Zooplankton yang masuk ke mulut akan tertahan oleh filamen insang sedangkan air sisanya akakn dikeluarkan melalui insang. Ciri lain dari American piddlefish adalah tidak adanya sisik di sekujur tubuhnya, mempunyai penutup insang yang panjang dan meruncing, serta mata yang kecil.
        Beberapa studi menyebutkan bahwa ikan ini dapat hidup selama 50 tahun. American paddlefish mempunyai bentuk fisik yang menyerupai hiu. Tak hanya itu saja, susunan kerangka paddlefish dan hiu adalah sama yakni tersusun dari tulang rawan. Selain susunan kerangka, persamaan lain terletak pada ekor, dimana ekor berbentuk cabang dengan cabang ekor bagian atas lebih besar dibanding cabang ekor bagian baawah.
        Terkadang American paddlefish disebut juga dengan Spoonbill cat atau Sholvenose cat karena ada yang beranggapan bahwa ikan ini termasuk golongan catfish. Ikan ini hidup pada sungai besar berarus pelan atau di waduk dengan kedalaman kurang lebih empat kaki (130cm). musim bertelur American paddlefish terjadi pada bulan Maret sampai Juni ketika suhu air 50-60  C. Jantan yang berusia 4-9 tahun sudah cukup dewasa untuk proses bertelur, sedangkan betina pada usia 6-12 tahun.
        Jantan dan betina akan bertelur dalam kelompok dan telur akan dilepaskan di atas kerikil. Pada akhir tahun pertama mereka, bayi paddlefish akan tumbuh sekitar 10-12 inci. American paddlefish hanya mempunyai satu spesies lain dalam familinya yaitu Chinese paddlefish (Psephurus gladius) yang ditemukan di sungai Yang Tze, China. Perbedaan kedua spesies ini adalah moncong Chinese yang lebih panjang dibanding American. Paddlefish banyak diburu karena telurnya, oleh karena itu keberadaannya sekarang terancam. Oleh negara bagian Texas, paddlefish dilindungi sejak 1977 dan penangkapan ataupun pembunuhannya.

Taksonomi
 Kingdom
 Animalia
 Phylum
 Chordata
 Class
 Actinopterygii
 Order
 Acipenseriformes
 Family
 Polyodontidae
 Genus
 Polyodon
 Species
 Polyodon spathula

Ikan Barreleye (Macropinna microstoma)


        National Geographic News merilis gambar seekor ikan yang tergolong aneh. Pada bagian kepala ikan tampak transparan sehingga terlihat bagian dalamnya. Sepintas kepala ikan mirip  bagian kokpit pesawat tempur.Sebagaimana diketahui, bagian atas kokpit pesawat tempur biasanya transparan sehingga sang pilot dapat terlihat dari sisi luar pesawat.
        Ikan ini ditemukan peneliti Monterey Bay Aquarium Research Institute (MBARI), di kedalaman laut Pantai California. Ikan ini hidup pada kedalaman 200 kaki (600 meter) di bawah permukaan laut.
Dapat dikatakan ini temuan pertama spesies ikan berbentuk kubah dan transparan. Peneliti mengamati ikan bermata bulat (barreleye) menggunakan peralatan canggih yang dioperasikan dari jarak jauh (a remotely operated vehicle/ ROV)
        Pada gambar terlihat keunikan yaitu bola mata ikan yang seolah dapat berputar ke atas. Pupil mata yang berada di bagian atas ini berfungsi untuk melihat mangsa yang berada di atas ikan tersebut. Sedangkan warna hijau yang terlihat dalam gambar adalah semacam lensa yang melindungi mata dari sinar matahari. Dengan begitu mata tetap fokus pada mangsanya.
        Ikan aneh yang satu ini matanya bisa berotasi melihat ke arah belakang. Ikan barreleye hidup di kedalaman laut terdalam dimana sinar matahari tak bisa menembusnya, yaitu padakedalaman 600-800 meter di bawah permukaan laut.Sehingga ikan ini melihat dengan menggunakan mata yang ultra sensitif. “Bola mata itu tampak seperti melihat langsung ke atas,” ujar Kim Reisenbichler, peneliti MBARI.
        Ikan barreleye (Macropinna microstoma) memiliki panjang 6 inchi (15 sentimeter). Biasa memangsa ikan kecil dan ubur-ubur. Matanya berwarna hijau kekuningan, bisa menyaring sinar matahari yang datang secara langsung dari permukaan laut. Para peneliti percaya, matanya ini telah membentuk saringan cahaya yang memungkinkan untuk mengabaikan sinar matahari dan dapat melihat cahaya yang berpendar dari ikan kecil dan ubur-ubur yang merupakan makanan favoritnya.
        Lantas, apa fungsi kedua “matanya” yang terdapat di depan? Menurut para ahli, sesungguhnya kedua mata ikan itu adalah nales, indera penciuman seperti lubang hidung manusia. Barreleye memiliki kristal cair pada matanya, yang terletak pada suatu tempat pada sebuah selaput kecil. Ikan ini masih satu keluarga dengan ikan hantu.

Coelacanth


      Ini adalah hewan yang seharusnya bertahan  lama dan tiba-tiba punah tapi akhirnya ditemukan masih hidup. Ikan ini  seharusnya telah punah pada periode Cretaceous, bersama dengan dinosaurus, tetapi pada tahun 1938, spesimen hidup tertangkap di Afrika Selatan. Sejak itu, spesimen lebih telah dilihat dan difoto, dan spesies Coelacanth kedua bahkan ditemukan di Indonesia pada tahun 1999. Ikan ini adalah predator besar, sampai 2 meter panjangnya, mereka memakan ikan yang lebih kecil, termasuk hiu kecil, dan biasanya ditemukan di dalam perairan gelap.
Coelacanth (artinya "duri yang berongga", dari perkataan Yunani coelia, "κοιλιά" (berongga) dan acanthos, "άκανθος" (duri), merujuk pada duri siripnya yang berongga) IPA: [ˈsiːləˌkænθ] adalah nama ordo (bangsa) ikan yang antara lain terdiri dari sebuah cabang evolusi tertua yang masih hidup dari ikan berahang. Coelacanth diperkirakan sudah punah sejak akhir masa Cretaceous 65 juta tahun yang lalu, sampai sebuah spesimen ditemukan di timur Afrika Selatan, di perairan sungai Chalumna tahun 1938. Sejak itu Coelacanth telah ditemukan di Komoro, perairan pulau Manado Tua di Sulawesi, Kenya, Tanzania,Mozambik, Madagaskar dan taman laut St. Lucia di Afrika Selatan. Di Indonesia, khususnya di sekitar Manado, Sulawesi Utara, spesies ini oleh masyarakat lokal dinamai ikan raja laut. Coelacanth terdiri dari sekitar 120 spesies yang diketahui berdasarkan penemuan fosil.

Fosil hidup
Sampai saat ini, telah ada 2 spesies hidup Coelacanth yang ditemukan yaitu Coelacanth Komoro, Latimeria chalumnae dan Coelacanth Sulawesi (manado),Latimeria menadoensis.
Hingga tahun 1938, ikan yang berkerabat dekat dengan ikan paru-paru ini dianggap telah punah semenjak akhir Zaman Cretaceous, sekitar 65 juta tahun yang silam. Sampai ketika seekor coelacanth hidup tertangkap oleh jaring hiu di muka kuala Sungai Chalumna, Afrika Selatan pada bulan Desember tahun tersebut. Kapten kapal pukat yang tertarik melihat ikan aneh tersebut, mengirimkannya ke museum di kota East London, yang ketika itu dipimpin oleh Nn. Marjorie Courtney-Latimer. Seorang iktiologis (ahli ikan) setempat, Dr. J.L.B. Smith kemudian mendeskripsi ikan tersebut dan menerbitkan artikelnya di jurnalNature pada tahun 1939. Ia memberi nama Latimeria chalumnae kepada ikan jenis baru tersebut, untuk mengenang sang kurator museum dan lokasi penemuan ikan itu.
Pencarian lokasi tempat tinggal ikan purba itu selama belasan tahun berikutnya kemudian mendapatkan perairan Kepulauan Komoro di Samudera Hindia sebelah barat sebagai habitatnya, di mana beberapa ratus individu diperkirakan hidup pada kedalaman laut lebih dari 150 m. Di luar kepulauan itu, sampai tahun 1990an beberapa individu juga tertangkap di perairan Mozambique, Madagaskar, dan juga Afrika Selatan. Namun semuanya masih dianggap sebagai bagian dari populasi yang kurang lebih sama.
Pada tahun 1998, enam puluh tahun setelah ditemukannya fosil hidup coelacanth Komoro, seekor ikan raja laut tertangkap jaring nelayan di perairan Pulau Manado Tua, Sulawesi Utara. Ikan ini sudah dikenal lama oleh para nelayan setempat, namun belum diketahui keberadaannya di sana oleh dunia ilmu pengetahuan. Ikan raja laut secara fisik mirip coelacanth Komoro, dengan perbedaan pada warnanya. Yakni raja laut berwarna coklat, sementara coelacanth Komoro berwarna biru baja.
Ikan raja laut tersebut kemudian dikirimkan kepada seorang peneliti Amerika yang tinggal di Manado, Mark Erdmann, bersama dua koleganya, R.L. Caldwell dan Moh. Kasim Moosa dari LIPI. Penemuan ini kemudian dipublikasikan di jurnal ilmiah Nature Maka kini orang mengetahui bahwa ada populasi coelacanth yang kedua, yang terpisah menyeberangi Samudera Hindia dan pulau-pulau di Indonesia barat sejauh kurang-lebih 10.000 km. Belakangan, berdasarkan analisis DNA-mitokondria dan isolasi populasi, beberapa peneliti Indonesia dan Prancis mengusulkan ikan raja laut sebagai spesies baru Latimeria menadoensis.
Dua tahun kemudian ditemukan pula sekelompok coelacanth yang hidup di perairan Kawasan Lindung Laut (Marine Protected Areas) St. Lucia di Afrika Selatan. Orang kemudian menyadari bahwa kemungkinan masih terdapat populasi-populasi coelacanth yang lain di dunia, termasuk pula di bagian lain Nusantara, mengingat bahwa ikan ini hidup terisolir di kedalaman laut, terutama di sekitar pulau-pulau vulkanik. Hingga saat ini status taksonomi coelacanth yang baru ini masih diperdebatkan.
Pada bulan Mei 2007, seorang nelayan Indonesia menangkap seekor coelacanth di lepas pantai Provinsi Sulawesi Utara. Ikan ini memiliki ukuran sepanjang 131 centimeter dengan berat 51 kg ketika ditangkap. 

Catatan lain
Coelacanth memiliki ciri khas ikan-ikan purba, ekornya berbentuk seperti sebuah kipas, matanya yang besar, dan sisiknya yang terlihat tidak sempurna (seperti batu). Di Bunaken pernah ditemukan seekor coelacanth hidup berenang dengan bebasnya. Ukurannya kira-kira 2/3 tubuh orang dewasa dan tubuhnya berwarna ungu gelap.

Taksonomi
Status konservasi: Terancam
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan     : Animalia
Filum           : Chordata
Kelas          : Sarcopterygii
Subkelas     : Coelacanthimorpha
Ordo           : Coelacanthiformes

Order COELACANTHIFORMES
>Family Coelacanthidae (extinct)
  Axelia (punah)
  Coelacanthus (punah)
  Ticinepomis (punah)
  Wimania (punah)

>Family Diplocercidae (extinct)
  Diplocercides (punah)

>Family Hadronectoridae (extinct)
  Allenypterus (punah)
  Hadronector (punah)
  Polyosteorhynchus (punah)

>Family Mawsoniidae (extinct)
  Alcoveria (punah)
  Axelrodichthys (punah)
  Chinlea (punah)
  Diplurus (punah)
  Mawsonia (punah)

>Family Miguashaiidae (extinct)
  Miguashaia (punah)

>Family Latimeriidae
  Holophagus (punah)
  Libys (punah)
  Macropoma (punah)
  Macropomoides (punah)
  Megacoelacanthus (punah)
  Latimeria (James Leonard Brierley Smith, 1939)
  L. chalumnae (Comorese coelacanth) (James Leonard Brierley Smith, 1939)
  L. menadoensis (Indonesian coelacanth) (Pouyaud,  Tjakrawidjaja, et al., 1999)
  Undina (punah)

>Family Laugiidae (extinct)
  Coccoderma (punah)
  Laugia (punah)

>Family Rhabdodermatidae (extinct)
  Caridosuctor (punah)
  Rhabdoderma (punah)

>Family Whiteiidae (extinct)
  Whiteia (punah)


Sumber: